Monday, December 15, 2008

Perfume: Pencarian Sebuah Aroma


Perfume: The story of a murderer adalah sebuah novel karangan novelis eropa Patrick Suskind yang menjadi bestseller internasional.

Ketika novel ini dipinjamkan oleh istriku untuk dibaca, ia menambahkan bahwa novel ini telah difilmkan. Lalu sempat terlintas dibalik ingatanku yang payah, sepertinya pernah melihat trailer film dengan judul perfume dimana sang pelakon utama adalah seorang pembunuh yang mengkoleksi aroma para perawan yang menjadi targetnya dalam nuansa kumuh eropa jaman dahulu. Novel yang difilmkan selalu manjadi daya tarik bagiku, mungkin karena kita dapat mengapresiasi dari dua sisi yang berbeda. Oleh karena itu, perfume menjadi teman selama aku berada di Bandung untuk FFI 2008.

Novel ini mengambil set lorong-lorong kumuh Perancis di sekitar abad ke-18 di mana sang tokoh Jean-Baptiste Grenouille dilahirkan tapi tak diharapkan oleh ibunya dan dibuang bersama amis dan bau kotoran sampah. Sejak kecil Grenouille merupakan seorang yang aneh, bukan karena kerakusannya melahap apa saja dan kemampuan bertahan terhadap penyakit mematikan namun karena ia tidak punya aroma, bau badan. Dan yang tak diketahui oleh orang lain adalah indera penciumannya yang ekstra sensitif.

Dalam perjalanan hidupnya yang menyedihkan, Grenouille menemukan bahwa aroma terbaik adalah aroma dari perawan yang baru saja tumbuh. Selanjutnya tujuan hidupnya menjadi jelas, yaitu memindahkan aroma perawan ke dalam sebotol parfum.

Ide cerita Patrick Suskind ini memang brilyan. Ia menggambarkan setiap benda mempunyai aroma yang khas dan berbeda, bahkan setiap orang mempunyai aroma yang membentuk persepsi karakter oleh orang lain yang menciumnya. Namun hanya penciuman istimewa Grenouille lah yang mampu membedakannya sekaligus memindahkannya ke sebuah botol parfum. Jadi bila ia ingin mengubah karakter dirinya agar menjadi pusat perhatian, atau malah sama sekali tidak diperhatikan, Grenouille tinggal menyemprotkan parfum buatannya yang sesuai keinginannya.

Namun ada sedikit yang mengganggu aku sebagai penikmat cerita, karena Suskind terlalu berlebihan untuk secara kebetulan mematikan/membunuh karakter yang berhubungan dengan Grenouille tepat ketika Grenouille meninggalkan mereka. Dan ending yang bombastis, membuat cerita yang dibangun perlahan-lahan dari awal agar kita 'percaya' bahwa semua yang dituturkan adalah nyata menjadi berkurang.

Namun dengan ide cerita yang hebat seperti itu, aku rekomendasikan untuk membaca novel ini sekaligus memburu filmnya. Melihat aroma sebagai sesuatu yang abstrak diubah menjadi bahasa visual tentu amat menarik bukan?

1 comment:

pyuriko said...

Iko punya novelnya... bagus... :D

    • Popular
    • Categories
    • Archives