Saturday, September 16, 2006

1 Minggu 2 RS

Di usia kandungan yang relatif masih muda, istriku terjatuh dari bis kantor. Secara fisik, terlihat memar di bagian pantatnya (bahasa yang halus dari pantat apa ya...?). Namun yang kami kuatirkan tentu saja kelangsungan calon bayi di dalam perutnya. Atas anjuran dokter kami, dua malam harus dihabiskan di RS Bunda Margonda. Sehari setelah pulang, giliran keponakan kami yang baru berusia 16 bulan harus masuk rumah sakit karena tersiram air panas.

Senin pagi minggu ini Ii terjatuh dalam posisi terduduk setelah terpeleset dari atas bus kantor. Dokter kandungan pertama yang kami temui berhasil menenangkan hati dengan menunjukkan hasil USG yang masih baik. Kami diijinkan pulang setelah diresepkan obat penguat kandungan. Tak disangka, malam harinya Ii muntah, mengeluarkan seluruh makanannya sekaligus mengeluarkan cairan bening dari kewanitaannya. Saat itu aku meyakininya sebagai pecahnya air ketuban karena tak terciumnya bau urine dan sudah memasrahkan nasib anak kami kepada Yang Diatas.

Alhamdulillah, setelah dr Ary, SpOg dokter yang biasa menangani kami memeriksa denyut jantung bayi kami, USG Abdominal dan USG melalui jalan lahir, Dokter menyatakan bayi kami sehat-sehat saja namun terlihat adanya vlek dan kontraksi sehingga kami harus menginap 2 malam di RS Bunda.

Selain itu, batuk Ii yang sudah seminggu tidak hilang juga sekaligus diobati dengan cara inhalasi. Batuk ini juga dinyatakan dapat memicu kontraksi pada kandungannya. Sebelumnya kami tidak tahu betapa batuk dapat membahayakan kelangsungan sebuah kandungan. Kali ini kami menganggap masalah batuk ini lebih serius.

Namun sehari setelah Ii kembali pulang dari rumah sakit, kini giliran keponakan kami yang harus menginap di RS Mitra Internasional, Jatinegara. Tanpa diduga anak ini mengikuti ibunya yang sedang akan menyeduh susu untuknya dan menarik taplak yang akhirnya menyiram tubuh bagian depannya. Keruan seluruh keluarga panik melihat kondisi anak yang sedang lucu-lucunya ini.

Dua kejadian ini membuat aku berpikir betapa sulitnya menjaga sebuah amanah bernama anak. Belum juga lahir, calon bayi kami telah merepotkan kami dalam menjaga kelangsungannya. Setelah lahir setiap orang tua harus terus-terusan menjaga si anak bahkan hingga dewasa. "Mampukah kami sebagai calon orang tua?" Aku berusaha mengambil hikmahnya sebagai pengingat kami sebagai calon orang tua untuk selalu waspada mengawasi sang anak karena betapa sulitnya menjaga seorang anak saja.

No comments:

    • Popular
    • Categories
    • Archives