Wednesday, December 20, 2006

Nujuh Bulan

Sesuai adat kebiasaan pada keluarga kami, menyambut masuknya usia kandungan istriku yang ke-tujuh bulan, kami sepakat mengadakan acara Nujuh Bulan. Selain mengadakan pengajian, dipimpin oleh Ustadjah yang guru mengaji mamah, kami mengadakan acara Nujuh Bulan dalam adat Jawa. Beliau selain guru mengaji juga sangat dekat dengan adat budaya yang ada di sekeliling kita dan berkeinginan terus melestarikan budaya kita. Mungkin hal itu dilatar belakangi oleh masa lalunya sebagai mantan pesinden. Dulu beliau juga yang bertanggung jawab menggelar acara adat dalam pernikahan kami yang menggunakan adat Sunda. Acara kali ini diadakan tanggal 17 Desember yang lalu. Katanya, tanggal yang dipilih untuk Nujuh Bulanin harus ada angka tujuhnya. Kami sih cuma ngepasin aja dengan hari Minggu, supaya seluruh keluarga bisa datang semua.

Selesai pengajian, dimulailah acara adat yang dilakukan secara sederhana saja. Acara dimulai dengan siraman. Aku mendampingi istriku dengan mengacungkan 3 batang lidi yang diikat menjadi satu sebagai tanda bahwa sebagai suami aku harus tegas dalam membimbing istri dan anakku kelak. Sebelumnya aku harus menggunting tali yang diikatkan pada perut istriku yang bermakna agar pada saatnya melahirkan pembukaan istriku tidak sulit. Setelah siraman, aku harus meloloskan telur dari balik pakaian yang dikenakan istriku yang langsung dipecahkan ke lantai sebagai pertanda pecahnya air ketuban dan pengharapan agar dimudahkan dalam proses kelahiran. Lalu proses tadi dilakukan lagi namun kali ini dengan sebutir buah kelapa. Buah kelapa yang sebelumnya telah digambari wayang Arjuna dan Subadra di masing-masing sisinya itu harus aku belah dengan sebilah golok. Sebisa mungkin aku harus membelah dengan sekali tebasan sebagai tanda kemudahan persalinan. Sayangnya golok yang tumpul memaksa aku harus membelahnya dengan 2 kali tebasan. Rupanya dibalik pembelahan kelapa tadi ada isyarat tertentu menurut Ustadjah. Air kelapa yang keluar tidak memancur keluar melainkan meleleh pelan menyatakan bahwa yang akan lahir adalah perempuan (ingat-ingat kalau lagi pipis...hehe). Selain itu belahan kelapa pada bagian yang digambari Subadra yang notabene perempuan lebih besar dibanding bagian sebelahnya.

Acara dilanjutkan dengan mematut-matutkan pakaian yang akan dikenakan istriku setelah siraman. 7 pakaian harus dicoba terlebih dahulu yang sebelumnya dikatakan belum pantas oleh para hadirin hingga akhirnya pakaian yang terakhirlah yang paling pantas. Hal tadi bermakna agar selalu bersabar untuk mencapai yang terbaik. Seselesainya acara yang sarat makna itu, maka selesai pula acara secara keseluruhan.

Selain acara tadi, kami juga menyediakan rujak dan cendol. Seperti prosesi tadi, penganan itu juga ada maksudnya. Cendol aku belum tahu maksudnya apa. Namun bila menurut tamu rasa rujak yang disediakan itu asam atau pedas, mengartikan jenis kelamin bayi yang dikandung istriku. Menurut mereka bayi kami memang perempuan.

Haha... jenis kelamin kok ditandai dengan rasanya rujak.

3 comments:

Anonymous said...

Selamat yaaa, sdh nujuh bulanan,..


Waaahhhh, jadi pingin nyobain rasa rujaknya,... hehehehe

NiLA Obsidian said...

waaa....om arnov selamat ya...
udah nujuh lagi nih...

jd prediksi kira2 februari dong ya?
semoga diberi kelancaran, kesehatan dan keselamtan untuk ibu dan baby nya

admin said...

Selamat Om!! wah bagi rujaknya dunk... biar Bini-qu cepat hamil juga :)

    • Popular
    • Categories
    • Archives