Ini memang cerita masa lalu. Namun tiap kali aku mengingatnya aku masih bisa tersenyum pahit, walaupun belum tentu orang lain menganggapnya sama seperti aku. Kejadian ini terjadi saat aku masih menjadi operator siaran radio di Radio M97FM yang menyiarkan lagu-lagu rock jaman kuda gigit keju atau biasa disebut classic rock. Tugas aku saat itu adalah mengoperasikan perangkat siaran radio untuk memutar lagu-lagu yang sudah tersusun di playlist atau sekarang biasa disebut DJ tanpa cuap-cuap di depan mike tentunya. Aku lumayan terkenal baik prestasinya dalam me-mixing antar lagu karena keberanianku mengaduk-aduk playlist.
Dalam kondisi normal, saat penyiar sedang on-air, tugasku hanya memantau dan mensupport saja. Operasional siaran diserahkan langsung kepada sang penyiar. Namun sore itu, radio kami kedatangan seorang musisi kaliber internasional yang terkenal juga sebagai salah satu dewa gitar dari Swedia, Yngwie Malmsteen. Bila anda pendengar sejati rock terutama tahun 80-90an, tentu mengenalnya. Saat itu sang maestro sedang mempromosikan album terbarunya di Indonesia. Kedatangannya tentu saja menjadi istimewa bagi kami. Sang penyiar, Patsy Widakuswara yang sekarang menjadi penyiar VOA lengser dari depan mixer berhadapan langsung dengan sang gitaris, dan aku mengambil alih operasional siaran.
Yngwie J Malmsteen terkenal selain karena talentanya dalam bermusik juga karena tabiatnya yang keras kepala seperti anak kecil, kalau boleh aku bilang begitu. Dan memang benar seperti itu yang aku lihat. Manajer tour-nya saat itu, Phil, kalau tidak salah ingat nama, lebih bersikap sebagai baby sitter yang selalu menjaga sang superstar agar tetap dalam mood yang baik. Berkali-kali ia membujuk sang gitaris yang saat itu terlihat tambun, tidak seperti poster dan video klipnya, yang dituruti olehnya namun dengan mulut merengut. Melihat kelabilan emosionalnya, aku berusaha sebaik-baiknya untuk menjalankan tugasku.
Namun apa daya, interview selama sejam itu akhirnya cukup ternoda oleh kesilapanku. Sebelum berpamitan, Yngwie ingin memutar sebuah lagu dari album terbarunya sebagai penutup yaitu My Ressurection, namun Patsy, mewakili pendengar radio ingin memutarkan Alone in Paradise sebagai lagu hitsnya saat itu. Sempat terjadi perdebatan, namun Phil berhasil menundukkan bayi besar ini yang akhirnya memutuskan menutup siaran dengan memutar lagu hits saja. Namun selama perdebatan itu aku menjadi bingung mana yang harus diputar, track 3 atau 9?? Maka ketika Yngwie menutup siaran dengan "Thank you for your appreciation, and for the last song I will play you all Alone In Paradise taken from my last album Facing the animal. Goodbye...!!" Di saat yang sama aku menaikkan fader lagu yang telah diset pada detik terakhir tadi... setelah beberapa saat kemudian aku tahu bahwa aku salah track... Oh-Oh..! *denganpasangtampangbloon*
Sialnya sang gitaris asal Swedia itu langsung tahu kesalahanku, "this is My Resurrection...!!" katanya merengut sambil menunjuk ke arah speaker. Aku langsung minta maaf sebisaku... Beruntung sekali Phil si manager, menyelamatkan aku. Dia berkata," Yngwie has a very strong will to persuade people, he can make everyone played song he really wants." Dan raksasa itu melumer dan tersenyum kembali. Pfiuuuhhh.... lega.
Ralph Tampubolon, dulu penyiar radio yang sama juga, dan sekarang menjadi presenter di Metro TV, mendengar kejadian tadi berucap, "Hebat loe. Jarang ada orang yang bisa ngerjain musisi internasional kayak dia hahaha...!" Betul juga, it cheered me up.
Dalam kondisi normal, saat penyiar sedang on-air, tugasku hanya memantau dan mensupport saja. Operasional siaran diserahkan langsung kepada sang penyiar. Namun sore itu, radio kami kedatangan seorang musisi kaliber internasional yang terkenal juga sebagai salah satu dewa gitar dari Swedia, Yngwie Malmsteen. Bila anda pendengar sejati rock terutama tahun 80-90an, tentu mengenalnya. Saat itu sang maestro sedang mempromosikan album terbarunya di Indonesia. Kedatangannya tentu saja menjadi istimewa bagi kami. Sang penyiar, Patsy Widakuswara yang sekarang menjadi penyiar VOA lengser dari depan mixer berhadapan langsung dengan sang gitaris, dan aku mengambil alih operasional siaran.
Yngwie J Malmsteen terkenal selain karena talentanya dalam bermusik juga karena tabiatnya yang keras kepala seperti anak kecil, kalau boleh aku bilang begitu. Dan memang benar seperti itu yang aku lihat. Manajer tour-nya saat itu, Phil, kalau tidak salah ingat nama, lebih bersikap sebagai baby sitter yang selalu menjaga sang superstar agar tetap dalam mood yang baik. Berkali-kali ia membujuk sang gitaris yang saat itu terlihat tambun, tidak seperti poster dan video klipnya, yang dituruti olehnya namun dengan mulut merengut. Melihat kelabilan emosionalnya, aku berusaha sebaik-baiknya untuk menjalankan tugasku.
Namun apa daya, interview selama sejam itu akhirnya cukup ternoda oleh kesilapanku. Sebelum berpamitan, Yngwie ingin memutar sebuah lagu dari album terbarunya sebagai penutup yaitu My Ressurection, namun Patsy, mewakili pendengar radio ingin memutarkan Alone in Paradise sebagai lagu hitsnya saat itu. Sempat terjadi perdebatan, namun Phil berhasil menundukkan bayi besar ini yang akhirnya memutuskan menutup siaran dengan memutar lagu hits saja. Namun selama perdebatan itu aku menjadi bingung mana yang harus diputar, track 3 atau 9?? Maka ketika Yngwie menutup siaran dengan "Thank you for your appreciation, and for the last song I will play you all Alone In Paradise taken from my last album Facing the animal. Goodbye...!!" Di saat yang sama aku menaikkan fader lagu yang telah diset pada detik terakhir tadi... setelah beberapa saat kemudian aku tahu bahwa aku salah track... Oh-Oh..! *denganpasangtampangbloon*
Sialnya sang gitaris asal Swedia itu langsung tahu kesalahanku, "this is My Resurrection...!!" katanya merengut sambil menunjuk ke arah speaker. Aku langsung minta maaf sebisaku... Beruntung sekali Phil si manager, menyelamatkan aku. Dia berkata," Yngwie has a very strong will to persuade people, he can make everyone played song he really wants." Dan raksasa itu melumer dan tersenyum kembali. Pfiuuuhhh.... lega.
Ralph Tampubolon, dulu penyiar radio yang sama juga, dan sekarang menjadi presenter di Metro TV, mendengar kejadian tadi berucap, "Hebat loe. Jarang ada orang yang bisa ngerjain musisi internasional kayak dia hahaha...!" Betul juga, it cheered me up.
3 comments:
Waaahhh, gak kebayang deh gimana kejadiaannya saat itu. Untung ada penyelamat yg buat suasana jadi normal lg,....
Grogi gak tuh Mas???
@putri
Ya stres banget, sampai pulang, masih kebayang-bayang.
Mba, aku gak bisa bales berkunjung nih, alamat blog-nya ga bisa diliat.
Wah ternyata arnov pernah ketemu Yngwie Malmsteen toh.... hebat euy...
Post a Comment