Panas sekali hari ini. Bangun tidur tadi sebelum berangkat ke kantor, bajuku basah kuyup oleh keringat. Mungkin karena lelah sekali setelah siangnya aku menemani istriku shopping di Matahari Depok Mall sembari menunggu waktu ke RS Bunda untuk kontrol kehamilannya. Masih ingat aku akan segarnya hawa Lembang akhir pekan kemarin. Aku ingin melanjutkan ceritaku sekaligus sharing pengalamanku selama berada di Bandung.
Disambut oleh kemacetan di pintu keluar tol Pasteur, kami memutuskan untuk berbuka puasa dulu sebelum check-in ke Grand Hotel Lembang. Pak Suria, driver White Horse merekomendasikan Kafe Bali sebagai tempat makan yang enak dan murah. Kafe Bali terletak di Jalan RE Martadinata, tepat di salah satu lokasi berkumpulnya banyak factory outlet di Bandung selain Dago dan Setiabudhi. Sebenarnya mendengar nama kafe, kami yakin tidak mungkin harganya akan murah seperti rekomendasi Pak Suria.
Tidak salah lagi, melihat eksterior dan interior Kafe Bali dengan pola penyajian secara prasmanan, kami makin yakin bahwa harus mengeluarkan dana lebih untuk makan di sini. Kami langsung mengambil nampan dan mengantri menunggu pelayan untuk mengambilkan makanan yang kami pilih dari food counter. Ada 2 bagian counter, yang bagian kiri dimana aku mengantri adalah untuk makanan utama, sedangkan di bagian kanan adalah counter untuk makanan ringan atau appetizer seperti kolak, rujak dan surabi. Aku memilih ikan asam manis, perkedel, sate udang, sop daging sebagai teman nasi putih dan segelas jus jambu merah. Sebenarnya aku biasa tidak banyak makan lauk, namun melihat piringnya yang sangat lebar menimbulkan faktor psikologis untuk mengisi penuh piring tersebut. Strategi ini sangat bagus untuk diterapkan nih... selama bukan kita yang menjual bukan membeli hihi.
Kami sekeluarga cukup dipuaskan oleh makanan di sana. Rasanya memang lezat, "berani bumbu", kata ibuku. Tidak hanya itu, makanan sampingan seperti surabinya pun juga uenak. Bahkan setelah hasil hitung-hitungan selesai, dengan 16 orang pelahap plus segala macam jus dan es campur serta makanan sampingan lainnya total keseluruhan yang harus kami bayar tidak lebih dari 500 ribu Rupiah. Lumayan murah mengingat faktor psikologis tadi bukan hanya aku saja yang terkena dampaknya. Maka aku turut merekomedasikan restoran ini kepada siapa saja yang ingin mencari tempat makan di Bandung.
Kami menempati kamar hotel hanya untuk tidur malam, karena kami check-out sekitar pukul 10.00 siang setelah sedikit bersenang-senang di kolam renang hotel. Sempat terjadi tragedi di sini, kamera digitalku terjatuh masuk kolam renang. Beruntung aku cepat mengangkatnya dan mencabut baterainya supaya tidak terjadi short yang akan merusak kamera itu. Setibanya di Jakarta syukur Allhamdulillah kameraku sehat walafiat, namun aku tidak sempat berfoto-foto di tujuan kami selanjutnya, yaitu Tangkuban Parahu.
Rupanya Gunung Tangkuban Parahu tidak sejauh yang aku duga, karena sebentar saja kami telah tiba di Kawah Ratu, kawah terbesar di gunung ini. Tidak lama kami di sini karena hanya sekedar berfoto. Tapi kami membeli strawberry, raspberry, dan blackberry yang banyak dijajakan oleh pedagang di sana. Memang sepanjang jalan menuju Tangkuban Parahu banyak terlihat kebun strawberry yang membebaskan pengunjung untuk memetik sendiri strawberry tadi. Sepulangnya dalam perjalanan menuju ke kota Bandung, keponakanku sempat dibelikan kelinci yang banyak dijual di sana selain untuk dipelihara juga untuk dikonsumsi sebagai sate kelinci.
Tujuan selanjutnya adalah Factory Outlet di Jalan RE Martadinata atau jalan Riau. Sebenarnya kami sempat berdebat memilih Cihampelas atau FO, tapi keputusan terbanyak memilih FO saja. Dan berdasarkan rekomendasi Pak Suria lagi, kami berhenti di depan Heritage. Di sana aku menemani istriku yang tidak berpuasa makan batagor di depan Terminal Tas. Aku sempat membeli oleh-oleh khas Bandung di sini. Selanjutnya kami window shopping di Terminal Tas, Edward Forrer dan Summit Boutique Outlet. Adikku bahkan belanja hingga ke ujung jalan di China Emporium. Setelah puas kami beranjak pulang ke Jakarta dan sempat berbuka puasa di tol Sadang. Lelah tapi senang.
Kisah sebelumnya : Transportasi dan akomodasi
Akhir Pekan di Kota Kembang
Disambut oleh kemacetan di pintu keluar tol Pasteur, kami memutuskan untuk berbuka puasa dulu sebelum check-in ke Grand Hotel Lembang. Pak Suria, driver White Horse merekomendasikan Kafe Bali sebagai tempat makan yang enak dan murah. Kafe Bali terletak di Jalan RE Martadinata, tepat di salah satu lokasi berkumpulnya banyak factory outlet di Bandung selain Dago dan Setiabudhi. Sebenarnya mendengar nama kafe, kami yakin tidak mungkin harganya akan murah seperti rekomendasi Pak Suria.
Tidak salah lagi, melihat eksterior dan interior Kafe Bali dengan pola penyajian secara prasmanan, kami makin yakin bahwa harus mengeluarkan dana lebih untuk makan di sini. Kami langsung mengambil nampan dan mengantri menunggu pelayan untuk mengambilkan makanan yang kami pilih dari food counter. Ada 2 bagian counter, yang bagian kiri dimana aku mengantri adalah untuk makanan utama, sedangkan di bagian kanan adalah counter untuk makanan ringan atau appetizer seperti kolak, rujak dan surabi. Aku memilih ikan asam manis, perkedel, sate udang, sop daging sebagai teman nasi putih dan segelas jus jambu merah. Sebenarnya aku biasa tidak banyak makan lauk, namun melihat piringnya yang sangat lebar menimbulkan faktor psikologis untuk mengisi penuh piring tersebut. Strategi ini sangat bagus untuk diterapkan nih... selama bukan kita yang menjual bukan membeli hihi.
Kami sekeluarga cukup dipuaskan oleh makanan di sana. Rasanya memang lezat, "berani bumbu", kata ibuku. Tidak hanya itu, makanan sampingan seperti surabinya pun juga uenak. Bahkan setelah hasil hitung-hitungan selesai, dengan 16 orang pelahap plus segala macam jus dan es campur serta makanan sampingan lainnya total keseluruhan yang harus kami bayar tidak lebih dari 500 ribu Rupiah. Lumayan murah mengingat faktor psikologis tadi bukan hanya aku saja yang terkena dampaknya. Maka aku turut merekomedasikan restoran ini kepada siapa saja yang ingin mencari tempat makan di Bandung.
Kami menempati kamar hotel hanya untuk tidur malam, karena kami check-out sekitar pukul 10.00 siang setelah sedikit bersenang-senang di kolam renang hotel. Sempat terjadi tragedi di sini, kamera digitalku terjatuh masuk kolam renang. Beruntung aku cepat mengangkatnya dan mencabut baterainya supaya tidak terjadi short yang akan merusak kamera itu. Setibanya di Jakarta syukur Allhamdulillah kameraku sehat walafiat, namun aku tidak sempat berfoto-foto di tujuan kami selanjutnya, yaitu Tangkuban Parahu.
Rupanya Gunung Tangkuban Parahu tidak sejauh yang aku duga, karena sebentar saja kami telah tiba di Kawah Ratu, kawah terbesar di gunung ini. Tidak lama kami di sini karena hanya sekedar berfoto. Tapi kami membeli strawberry, raspberry, dan blackberry yang banyak dijajakan oleh pedagang di sana. Memang sepanjang jalan menuju Tangkuban Parahu banyak terlihat kebun strawberry yang membebaskan pengunjung untuk memetik sendiri strawberry tadi. Sepulangnya dalam perjalanan menuju ke kota Bandung, keponakanku sempat dibelikan kelinci yang banyak dijual di sana selain untuk dipelihara juga untuk dikonsumsi sebagai sate kelinci.
Tujuan selanjutnya adalah Factory Outlet di Jalan RE Martadinata atau jalan Riau. Sebenarnya kami sempat berdebat memilih Cihampelas atau FO, tapi keputusan terbanyak memilih FO saja. Dan berdasarkan rekomendasi Pak Suria lagi, kami berhenti di depan Heritage. Di sana aku menemani istriku yang tidak berpuasa makan batagor di depan Terminal Tas. Aku sempat membeli oleh-oleh khas Bandung di sini. Selanjutnya kami window shopping di Terminal Tas, Edward Forrer dan Summit Boutique Outlet. Adikku bahkan belanja hingga ke ujung jalan di China Emporium. Setelah puas kami beranjak pulang ke Jakarta dan sempat berbuka puasa di tol Sadang. Lelah tapi senang.
Kisah sebelumnya : Transportasi dan akomodasi
Akhir Pekan di Kota Kembang
3 comments:
Gunung tangkuban perahu, mungkin perlu d coba kalau next time k sana lagi pak, ngerebus telur di kawahnya yang masih aktif!!!
hasilnya enak dan legit, luweh nyamleng di banding kalau d rebus d kompor...cobain deh!!
nginepnya di hotel panorama lembang..wuihhh romantis..!!!
btw, lam kenal pak
Jalan-jalan ke mbandung... aduh asiknya. Aku mah masih nancep aja di jakarta. Mau lebaran bukannya tambah santai malah tambah banyak nih kerjaan. :(
Cerita perjalanan yang menarik... seru, apalagi berlibur dengan keluarga besar.
Post a Comment