Saturday, May 07, 2005

Kita Menuai Apa Yang Kita Tanam

Sebel banget. Dua Minggu ini kayaknya panjang banget. Pertama-tama aku sakit lagi, panas tinggi dan keringat dingin ngucur terus gak berhenti. Jadi aku sengaja gak masuk kerja. Dan besoknya aku ke dokter. Diagnosanya kalau setelah minum antibiotik panasnya belum turun, aku harus periksa darah, kali-kali aja aku terkena demam berdarah lagi atau tifus. Setelah tiga hari kondisiku sebenarnya lebih baik, tapi kadang-kadang panasnya masih muncul. Lalu karena Wahyu, temanku menikah, aku ijin sakit lagi agar bisa menghadiri resepsinya... sebenernya sih memang masih sakit, tapi aku sebenarnya bisa saja masuk kerja. Ternyata selain aku, temanku yang lain juga absen sehingga personil yang bertugas menjadi kurang. Hal inilah yang menyebabkan ceritanya jadi panjang.

Sebelumnya aku mau bercerita tentang sakitku dulu. Seminggu setelahnya aku kembali lagi ke dokter, selain untuk memeriksa kesehatanku, aku juga meminta surat dokter untuk absenku yang dipermasalahkan. Ternyata setelah didiagnosa dokter sakitku disebabkan oleh kambuhnya lambungku. Sebenarnya sebelumnya aku sudah diberi obat maag, tetapi karena aku sok tahu, merasa tidak ada gejala yang biasanya timbul bila lambungku sakit, aku hanya meminumnya beberapa kali saja. Dan akibatnya demamku tidak tuntas sembuhnya. Mungkin buat penderita sakit maag mengerti apa yang aku ceritakan, tetapi gejala sakit maag itu berbeda-beda pada tiap orang, bahkan pada diriku saja gejalanya berbeda-beda. Di suatu waktu bisa saja gejalanya adalah perut kembung, atau perih sekali disertai gas yang terasa asam sekali di tenggorokan. Di lain waktu kepalaku pusing tujuh keliling, atau migrain pusing sebelah. Kadang-kadang bahkan malah disertai diare dan demam. Nah, kemarin aku tidak merasakan salah satu gejala tersebut di atas, hanya demam saja. Makanya aku tidak berpikiran bahwa yang sakit adalah lambungku. Katanya sih memang segala penyakit itu timbulnya dari perut, aku sih merasakan sekali hal itu.

Selanjutnya aku mau cerita tentang permasalahan yang timbul akibat absenku dari pekerjaanku di kantor. Bagi yang belum tau atau yang belum sadar, aku itu bekerja secara shift karena sifat kerja operasionalnya yang 24 jam 7 hari seminggu. Nah, saat aku absen ternyata personil yang harus bertugas kurang, sehingga harus diisi oleh salah satu personil yang hari itu seharusnya libur. Nah sang penggantiku itu ternyata diam-diam ngedumel dan mengeluarkan keinginan untuk mengubah jam kerja menjadi sehari 12 jam kerja, supaya katanya liburnya lebih banyak dan sebagai antisipasi bila ada yang sakit sehingga penggantinya akan lebih banyak dan hal ini mendapat sambutan positif dari sebagian besar personil lainnya. Tentu saja hal ini terasa absurd bagiku, semakin panjang jam kerja, tentu saja kesehatan akan semakin menurun, bahkan tidak dapat dihitung lembur. Dalam hati aku marah sekali, karena aku yakin dibalik itu ada kepentingan pribadi, yang lebih-lebih lagi pemicunya adalah karena salahku sendiri. Huh!!

Hari ini lambungku masih dalam perawatan, yang sayang sekali masih sulit sekali untuk disiplin untuk menjaga makan tepat waktu. Tetapi kelihatannya semakin membaik. Dan permasalahan di kantorku masih bergulir, walaupun yang pro 12 jam mempunyai tim sukses, tapi aku masih berharap koordinator dan manager akan melihat kondisi ini secara jernih dan mencari win-win solution. untuk semua pihak. Mudah-mudahan deh.

No comments:

    • Popular
    • Categories
    • Archives