Berangkat agak siang dari rumahnya di Ujung Aspal, Pondok Gede kami bergerak lurus saja menyusuri jalan pintas tidak menaiki tol menuju Cibubur yang jauh memutar. Ternyata nama Ujung Aspal memang bukan sekedar nama saja, tapi bisa diartikan secara harafiah, karena sepanjang jalan yang kami lalui rusak berlubang, bahkan aku hampir sempat putus asa karena terdapat kubangan raksasa yang mengingatkan akan trek offroad yang menantang mobil imut-ku. Akhirnya dengan sedikit was-was dan usaha ekstra akhirnya sampai juga di jalan raya Cibubur... *fhiuh*.
Jalan raya Cibubur ini lebar dan bagus, tetapi sepanjang jalan banyak sekali spanduk bertebaran di mana-mana, seperti bukan masuk ke daerah pemukiman saja, melainkan masuk ke pameran perumahan. Tidak seberapa lama kami masuk juga di Kota Wisata. Hebat ya orang-orang Indonesia itu, siapa bilang Indonesia negara miskin, rumah-rumahnya mewah banged. Akhirnya kami tiba juga di Kampoeng Wisata yang terletak di tengah perumahan Kota Wisata. Tujuan pertama kami adalah makan. Di depan Kampoeng Wisata berderet restoran dengan segala jenis makanan, banyak pilihannya. Kiky ingin makan makanan yang sehat -katanya- makanya dia memilih restoran yang ada gado-gadonya, lucunya di daftar menunya Gado-gado ditulis Paket Diet... ah masa sih, kalo makannya sama nasi kan sama-sama aja yah? Lalu aku memilih ayam goreng tulang lunak plus sayur asem dan tempe tahu dengan sambel terasi yang uenak tenan. *Kriuuk...* Dengan noraknya, aku baru percaya kalo tulang ayamnya memang bisa dimakan setelah aku coba sendiri. Hehe... bisa rebutan sama kucing nih.
Pintu gerbang pertama yang kami masuki adalah Kampung Cina. Rupanya di dalamnya adalah toko-toko yang menjual segala macam suvenir, snack, produk dari Cina. Tentu saja asik banged, soalnya kan Cina terkenal dengan barang-barang super murahnya. Yang serunya lagi landscapenya memang dibuat dengan nuansa Cina, dan dengan detail yang menarik sekali. Setiap toko berhiaskan detail-detail Cina, baik di dindingnya maupun di atapnya, bahkan ada detail-detail yang tidak biasa kita perhatikan dihias dengan indahnya. Aku membeli kaos oblong dengan tulisan cina yang merujuk pada nama-nama tahun Cina dan yang lucunya dibawahnya ditulis artinya dalam bahasa Jawa. Kereen. Sedangkan Kiky membeli dompet cantik, tapi kayak encim-encim gak seeh.
Lalu kami masuki pintu gerbang Kampung Indonesia. Di sini beberapa toko tampak tidak buka, namun karena tiap kreynya juga dihiasi lukisan, tidak mengganggu pemandangan. Kelihatannya yang paling ramai adalah kampung Bali. Lumayan bagus, tapi mungkin produk-produknya sudah biasa kita dapatkan, jadi kami hanya melihat-lihat saja. Di sini aku merasa gerah sekali sehingga harus sering mengusap keringat dari rambutku, padahal cuaca cukup cerah... lalu aku sadar di beberapa tempat dipasangkan kipas besar yang mengeluarkan uap air. Rupanya di sini udaranya memang lembab sehingga dibutuhkan kipas seperti ini. Ini pertama kalinya aku tahu loh ada kipas seperti ini. Lalu aku mencoba melihat ke Kampung Jepang, yang walaupun sudah Kiky peringatkan bahwa tidak ada satu toko pun yang buka. Ternyata benar saja, serasa masuk ke kota hantu... toko-toko tutup dan jalannya sepi. Yang seremnya di sini malah diputarkan lagu Jepang Kokoronotomo yang pernah terkenal di tahun 80-an itu, padahal di tempat lain yang lebih ramai malah dibiarkan tidak ada musik. Hii.. serem. Lagi kata Kiky, sebenarnya ada Kampung Amerika yang juga sama keadaannya seperti Kampung Jepang. Sayang sekali melihat kreasi dan investasi yang tersia-siakan di sini. Kami kembali lagi ke Kampung Cina, membeli beberapa suvenir lagi dan sempat beristirahat di Gerbang Kemakmuran.
Pulangnya kami pulang melewati tol, karena kapok lewat jalan pintas yang tadi siang kami susuri. Dan aku berjanji dalam hati bahwa aku akan kembali lagi ke sini mengajak ibuku dan keponakan-keponakanku, juga berkunjung melihat Eldorado di Kota Legenda Wisata yang terletak tidak seberapa jauh dari tempat kami tadi.
No comments:
Post a Comment