Tuesday, November 02, 2004

Cinta : Haruskah memiliki?

"Gue gak percaya itu cinta", kata Ve, sahabatku. "Cinta itu take and give" lanjutnya, "Gue gak tau elo bermaksud apa dengan melakukan untuknya. Tapi yang elo lakukan itu bukan cinta." Nada keras keluar dari mulut Ve, membuat dadaku sesak selama perjalanan kembali dari rumahnya. Aku tidak yakin apa yang ia ingin sampaikan dengan tiba-tiba menyampaikan hal tersebut kepadaku, yang aku tahu ia memukulku tepat ditempat yang menyakitkan. Tempat yang aku percayai selama ini.

Aku percaya cinta. Cinta dapat membuat kebahagiaan di fananya kehidupan ini. Cinta dapat membuat seluruh kehidupan sesuram apapun menjadi lebih hidup. Cinta membuat hal sekecil apapun yang dikerjakan menjadi lebih berarti. Cinta juga membuat masa depan yang akan dihadapi menjadi terlihat lebih menjanjikan. Tapi aku juga percaya cinta itu bisa saja buta, tak peduli siapa yang kita kasihi. Cinta itu bisa saja membutuhkan pengorbanan demi yang terkasihi. Cinta itu tidak harus selalu berakhir dengan saling memiliki. Aku percaya ini juga termasuk yang kita sebut dengan cinta.

Setelah beberapa tahun bersama, mengarungi perbedaan sifat, krisis kepercayaan dan mempertanyakan keroposnya cinta di hati masing-masing, ditambah juga faktor eksternal sebagai pelengkap, kami memutuskan untuk berhenti berusaha. Dan aku percaya bahwa aku melakukannya demi cinta. Entah dia. Cinta membuatku ingin berhenti untuk terus menyakitinya, karena aku tak mampu menjauhkannya dari derita yang disebabkan oleh diriku. Cinta meyakini diriku bahwa ia patut mendapatkan yang lebih baik dari seseorang seperti aku. Dan keyakinan ini membuatku berusaha untuk berhenti mencintai kekasih hatiku, membuang masa depan yang telah berusaha kami bangun untuk menjalani hidup tanpa arti dan makna berharap akan kutemukan lagi cinta untukku.

Kejadian tersebut terjadi lebih dari satu tahun yang lalu. Namun hingga detik ini cinta belum luntur dari dadaku. Ditenggorokanku masih tercekat namanya dan seringkali terlepas dari bibir ini. Masih ada seribu "seandainya"atau "mungkinkah" yang muncul dari kepalaku setiap terlintas wajahnya. Dan masih belum berhenti walau aku tahu hatinya telah untuk yang lain.

"Aku amat mencintai dia, Ve. Aku ingin dia bahagia walau aku tidak."

No comments:

    • Popular
    • Categories
    • Archives