Mamah-ku saat ini sudah berusia 65 tahun. Beliau sudah sukses mengantarkan keenam putra-putrinya ke jenjang sarjana. Hanya tinggal satu putra paling bungsu yang belum menikah. Cucunya (baru) empat. Alhamdulillah walaupun beliau pengidap diabetes, kesehatannya sangat baik, bahkan sangat sehat untuk orang seusianya. Beliau masih mampu mengendarai mobil sendiri mengantar cucu2nya ke sekolah bahkan masih giat berdagang kecil2an.
Yang aku kagumi sekaligus heran adalah kekuatan beliau dalam beraktifitas sehari-hari dan dalam mengurus rumah tangga. Selain repot membantu mengurus 2 cucu yang tinggal bersamanya, beliau masih sibuk belanja ke pasar, berdagang pakaian seragam, kadang-kadang memasak untuk keluarga dan bebersih rumah. Bahkan di saat dulu beliau masih bekerja, sepulang dari kantor masih sibuk mengurus rumah, anak dan suami. Dan itu dilakukannya dari hari ke hari hingga sekarang. Aku selalu bertanya2 darimana tenaganya berasal? Aku saja yang laki-laki sepulang kerja serasa ingin istirahat saja. Mau tidak mau aku selalu membandingkan kakak2 perempuanku dan istriku dengan mamah. Mengapa mereka tidak (atau belum) seantusias mamah dalam mengurus rumah tangga?
Belum 2 minggu aku mendapat karunia Tuhan berupa putri yang cantik, aku mulai mengerti. Putriku sangat tenang dan terlihat damai dalam setiap tidurnya, bahkan setiap buang air pun, ia tidak merasa terganggu. Namun itu hanya berlaku dalam waktu matahari masih berada di atas. Bila malam tiba, kami harus rela begadang. Berkali-kali kami harus membersihkan kotorannya dan mengganti popoknya. Tangisnya selalu membangunkan kami hampir sepanjang malam minta disusui atau sekedar ditimang. Tak terbayangkan bila tidak ada yang membantu kami dalam membersihkan rumah, pakaian bayi yang menumpuk, menyiapkan makanan dan pekerjaan rumah tangga lainnya dalam keaadaan kurang tidur dan itu berlaku sepanjang minggu tanpa istirahat.
Sepertinya hal inilah yang membuat mamah sangat kuat dan tegar dalam mengurus rumah tangga. Beliau telah lulus ujian dalam mengurus keenam putra-putrinya dan sekaligus tetap bekerja diluar mencari tambahan penghasilan. Dan beliau bekerja tanpa dimanjakan oleh pembantu rumah tangga, mesin-mesin yang memudahkan pekerjaan rumah tangga atau bantuan orangtuanya. Tidak seperti kebanyakan kita sekarang ini. Aku mulai mengerti, Mah!
Yang aku kagumi sekaligus heran adalah kekuatan beliau dalam beraktifitas sehari-hari dan dalam mengurus rumah tangga. Selain repot membantu mengurus 2 cucu yang tinggal bersamanya, beliau masih sibuk belanja ke pasar, berdagang pakaian seragam, kadang-kadang memasak untuk keluarga dan bebersih rumah. Bahkan di saat dulu beliau masih bekerja, sepulang dari kantor masih sibuk mengurus rumah, anak dan suami. Dan itu dilakukannya dari hari ke hari hingga sekarang. Aku selalu bertanya2 darimana tenaganya berasal? Aku saja yang laki-laki sepulang kerja serasa ingin istirahat saja. Mau tidak mau aku selalu membandingkan kakak2 perempuanku dan istriku dengan mamah. Mengapa mereka tidak (atau belum) seantusias mamah dalam mengurus rumah tangga?
Belum 2 minggu aku mendapat karunia Tuhan berupa putri yang cantik, aku mulai mengerti. Putriku sangat tenang dan terlihat damai dalam setiap tidurnya, bahkan setiap buang air pun, ia tidak merasa terganggu. Namun itu hanya berlaku dalam waktu matahari masih berada di atas. Bila malam tiba, kami harus rela begadang. Berkali-kali kami harus membersihkan kotorannya dan mengganti popoknya. Tangisnya selalu membangunkan kami hampir sepanjang malam minta disusui atau sekedar ditimang. Tak terbayangkan bila tidak ada yang membantu kami dalam membersihkan rumah, pakaian bayi yang menumpuk, menyiapkan makanan dan pekerjaan rumah tangga lainnya dalam keaadaan kurang tidur dan itu berlaku sepanjang minggu tanpa istirahat.
Sepertinya hal inilah yang membuat mamah sangat kuat dan tegar dalam mengurus rumah tangga. Beliau telah lulus ujian dalam mengurus keenam putra-putrinya dan sekaligus tetap bekerja diluar mencari tambahan penghasilan. Dan beliau bekerja tanpa dimanjakan oleh pembantu rumah tangga, mesin-mesin yang memudahkan pekerjaan rumah tangga atau bantuan orangtuanya. Tidak seperti kebanyakan kita sekarang ini. Aku mulai mengerti, Mah!
"Rab-banagh firlii wa liwaalidayya wa lilmu'miniina yauma yaquumul hisaab".
"Wahai Tuhan kami, ampunilah kesalahanku dan kedua orang tuaku, dan orang-orang yang beriman pada hari menetapkan perhitungan".
"Wahai Tuhan kami, ampunilah kesalahanku dan kedua orang tuaku, dan orang-orang yang beriman pada hari menetapkan perhitungan".
8 comments:
seorang ibu itu memang selalu sebuah mujizat ya mas...ibuku juga orang yang paling hebat yang pernah aku temui...
dan sampai sekarang, aku belum mampu membuatnya bahagia..hiks
pengorbanan orang tua kita terutama ibu baru kita rasakan setelah kita merasakan jadi orang tua.... memang...
rasanya rasa hormat dan sayang kita pada mereka bertambah besar....
salam buat ibunya ya om arnov....
ikut mendoakan smoga ibu tetap sehat dan putra/tri bisa trus berbakti kepada beliau serta cucu2 menjadi hiburan yg menyegarkan. salam.
Saatnya kita untuk membahagiakannya,... Semoga orangtua kita masih diberikan kesehatan dan umur yg panjang, agar kita bisa membalas budi baiknya, amin ^_^
Beliau wanita tegar dan kuat yaa, salam hormat untuk beliau. Salam kenal juga, dan selamat skrg sudah menjadi soerang Bapak.
salam hormat buat beliau yah :)
wah jadi ingat sama alm ibuku.
pastinya selagi punya kesempatan untuk menyayangi dan berbakti sama ibu jangan pernah disia-siakan
salam ya mas untuk ibunya
Pengorbanan ornag tua memang teramat besar,, tak akan pernah terbalas,,, apalagi ibu,,,
sebenarnya hati saya menangis apabila ada sosok ibu seperti ibu anda dan ibu saya ini,,, sudah ngurus anak banyak,,, ngurus suami,,, eh,,, masih nyari uang lagi,,, saya pikir,,, apa yang ibu kita lakukan sudah melebihi porsinya sebagai seorang wanita dan istri yang justru seharusnya dimuliakan oleh anak dan suaminya,,, sudeh begitu,,, masih ngurus cucunya juga,, yang seharusnyajadi tanggungan kita,, dan kitalah yang kini herus memuliakan ibu kita,,,,
Post a Comment