Monday, July 17, 2006

Second Opinion

Ada mitos yang sering diingatkan orang-orang tua pada pasangan yang sedang hamil muda. Kata mereka tidak baik untuk memberitahukan kabar kehamilan saat kandungan masih di bawah 3 bulan. Ditakutkan nantinya akan mengalami keguguran. Namun aku telah memberitahu ke seluruh dunia kabar menggembirakan itu dalam usia kandungan yang masih amat muda melalui blog ini (kalau sedunia ngerti apa yang aku tulis). Alhamdulillah sampai saat ini kami masih mampu mempertahankannya walaupun tidak semudah yang kami harapkan.

Ya, istriku mengalami vlek lagi. Bahkan hingga 2 kali dalam sehari. Sebagai antisipasi esoknya kami pergi menemui dokter kandungan di RS Hermina Depok. Sebelumnya kami pergi ke RS Bunda Margonda dahulu seperti sebelumnya yang juga memang lebih dekat dari rumah. Ternyata siang itu para dokter RS Bunda sedang tidak ada di tempat karena adanya seminar. Jadilah kami menemui dr. Didi SpOG untuk mengatasi masalah vlek yang kami takutkan akan mengganggu kandungan. Namun setelah USG Transvaginal (lagi), diagnosa sang dokter amat mencemaskan, beliau menyatakan ada 2 kemungkinan dari janin kami. Yang pertama usia kandungan masih muda sekitar 5 minggu atau yang kedua usia kandungan 7 minggu (sesuai perhitungan kalender) namun janin tidak berkembang sehingga harus dikeluarkan. Sepertinya diagnosa ini disebabkan hasil USG yang menyatakan besar kantung janin kami yang hanya 1,7 cm, lebih kecil dari yang seharusnya.

Tentu saja kami bersedih mendengar kabar itu. Namun kami masih berharap karena bila dilihat dari USG sebelumnya, janin membesar dari sebelumnya yang 0,57 cm. Untuk memastikannya kami disarankan menunggu selama 2 minggu. Mana tahan?? Lalu kami sepakat mencari second opinion, dan sorenya kami kembali ke RS Bunda dan bertemu dengan dr Ari SpOg untuk berkonsultasi. Syukurlah, setelah USG Abdominal (akhirnya..) dokter menyatakan janin kami normal dan hasil USG menunjukkan panjang 2,2 cm atau berusia sekitar 6 minggu. Jadi yang kami harus perhatikan adalah kandungannya yang lemah sehingga istriku diharuskan bed rest selama seminggu dan minum obat penguat kandungan.

Kami sadar diagnosa dokter bisa saja berbeda sesuai pengamatan dan pengalaman masing2 dokter. Sebelumnya Ii lebih suka ditangani oleh dr. Didi yang sudah berumur. Lebih pengalaman katanya. Namun aku percaya, teknologi kedokteran yang sekarang umum digunakan seperti USG machine, lebih fasih digunakan oleh dokter2 muda seperti dr. Ari. Namun yang kami sayangkan mengapa dr. Didi hanya memberi vitamin saja untuk istriku. Tidak memberi penguat kandungan atau surat izin sakit untuk istirahat. Padahal seperti katanya ada kemungkinan janin kami masih baik2 saja. Tapi mengapa sepertinya beliau lebih memilih pilihan terburuk itu? Ini sebenarnya masih menjadi pertanyaan kami. Jangan2 sang dokter sudah bisa memperkirakan bahwa kandungan istriku tidak akan bertahan. Sehingga lebih baik mundur dari awal.

Mitos ataupun bukan, sesulit apapun, berakhir sedih ataupun gembira, kami telah sepakat akan menjaga dan berusaha sekuat tenaga menjaga kelangsungan janin kami. Hanya kepada Allah kami memohon petunjuk dan pertolongan. Amin.

1 comment:

Anonymous said...

Indie doain untuk yang terbaik.. :)

    • Popular
    • Categories
    • Archives