Salah satu kesempatan yang dulu tidak pernah aku dapatkan sebelum mutasi ke divisi baru adalah tugas keluar kota. Dan untuk kesempatan tugas outdoor pertamaku adalah menuju ke kota asal ayahku, Semarang. Sejak kepindahan Mbah ke Jakarta lebih dari 10 tahun yang lalu, aku tidak pernah mengunjungi kota ini lagi. Jadi kesempatan ini sungguh menyenangkan buatku.
Hari Pertama.
Walau dengan sedikit was-was, aku berangkat ke Semarang dengan menggunakan Maskapai penerbangan Mandala Air yang baru-baru ini pernah jatuh di Medan. Terus terang, dengan badan pesawat yang mengeluarkan suara berderak-derak saat pesawat take-off maupun landing tidak membuat hatiku tambah tentram. Tapi untungnya perjalanan yang 40 menit ini memang tidak terlampau lama bagiku. Setibanya di Semarang, kami langsung menuju Grand Candi Hotel, tempat kru lainnya menunggu. Setelah check-in, kami tidak bisa langsung istirahat karena harus menuju lokasi acara di Balaikota Semarang.
Sangat menyenangkan bagiku, karena banyak ilmu baru dan pengalaman lain yang aku dapatkan saat bekerja di sana. Untungnya, aku mendapat rekan kerja Mas Sofwan yang amat berpengalaman dan yang paling penting teramat sabar mengajariku. Aku mulai memahami sebagian besar pekerjaanku saat ini.
Saat berbuka, kami makan di Simpang Lima Semarang, tepat di depan pintu gerbang Masjid Baiturrahman. Aku memilih makan Tahu Gimbal. Tahu gimbal ini menggunakan lontong sebagai menu utamanya, ditambahkan dengan tahu, bakwan udang dan kol serta dilaburi dengan bumbu pecel.... hmm uenak tenan. Selesai berbuka dan shalat, kami kembali ke Balikota untuk melanjutkan setup venue.
Akhirnya kami kembali ke hotel setelah pukul 23.00. Tapi beberapa dari kami menyempatkan diri makan mie goreng di depan hotel, yang dimasak menggunakan tungku arang dan campuran yang mungkin khas Semarang. Lumayan.
Hari H.
Karena sebagian pekerjaan sudah kami selesai persiapkan, dan juga karena cuaca yang kurang mendukung - gerimis dari pagi, kami sempat santai berfoto-foto dan berjalan-jalan di kota ini. Sebagian hasilnya seperti di bawah ini.
Gambar ini diambil tepat di alun-alun Balaikota Semarang, saat yang lainnya masih sibuk prepare panggung. Di lokasi inilah, malamnya kami akan mengadakan acara Live Gema Ramadhan.
Karena persiapan kami sudah selesai dan masih menunggu bagian lain untuk menyelesaikan tugas masing-masing, aku sempat berfoto-foto di Lawang Sewu yang terletak tidak jauh dari Balaikota. Lawang Sewu ini sempat terkenal kembali karena program Dunia Lain yang menantang peserta untuk menghadapi makhluk-makhluk halus yang berada di gedung tua ini. Memang rasanya sangat menyeramkan masuk ke gedung yang tidak terawat ini, padahal hari masih terang loh.
Karena waktu masih tersisa lama, kami masih menyempatkan diri pergi ke Kota Lama, di mana banyak gedung-gedung peninggalan jaman Belanda dahulu yang masih terawat dengan baik. Tidak seperti kawasan Kota di Jakarta. Katanya juga syuting Gie dilakukan di sini untuk menangkap kesan Jakarta Tempo doeloe.
Walau sempat ditakutkan oleh hujan yang tidak kunjung berhenti, akhirnya acara Live Gema Ramadhan yang diadakan secara open air tetap terlaksana dengan baik dan meriah. Pengunjung tetap datang menyesaki lapangan balaikota walaupun saat menunggu harus terkena gerimis hujan. Untungnya penampilan Opick dan Ustad Jefry Al Buchory membuat mereka tetap setia menunggu.
Selesai acara dan dismantle, kru teknik menyempatkan diri makan beramai-ramai di Pecel Yu Sri di sekitar Simpang Lima. Makan pecel di tengah malam ini menutup hari yang menyenangkan, sebelum akhirnya kami kembali ke hotel.
Hari Terakhir
Akhirnya tanpa sempat membeli banyak oleh-oleh, kami seluruh pendukung acara Gema Ramadhan berangkat pulang menggunakan Maskapai penerbangan Batavia Air. Untungnya pesanan yayang yaitu moci Semarang masih sempat aku beli sebagai oleh-oleh. Nah kali ini, pesawatnya lebih menyenangkan dibanding saat keberangkatan kami hari sebelumnya. Tenang... gak ada pesan sponsor kok.
Hari Pertama.
Walau dengan sedikit was-was, aku berangkat ke Semarang dengan menggunakan Maskapai penerbangan Mandala Air yang baru-baru ini pernah jatuh di Medan. Terus terang, dengan badan pesawat yang mengeluarkan suara berderak-derak saat pesawat take-off maupun landing tidak membuat hatiku tambah tentram. Tapi untungnya perjalanan yang 40 menit ini memang tidak terlampau lama bagiku. Setibanya di Semarang, kami langsung menuju Grand Candi Hotel, tempat kru lainnya menunggu. Setelah check-in, kami tidak bisa langsung istirahat karena harus menuju lokasi acara di Balaikota Semarang.
Sangat menyenangkan bagiku, karena banyak ilmu baru dan pengalaman lain yang aku dapatkan saat bekerja di sana. Untungnya, aku mendapat rekan kerja Mas Sofwan yang amat berpengalaman dan yang paling penting teramat sabar mengajariku. Aku mulai memahami sebagian besar pekerjaanku saat ini.
Saat berbuka, kami makan di Simpang Lima Semarang, tepat di depan pintu gerbang Masjid Baiturrahman. Aku memilih makan Tahu Gimbal. Tahu gimbal ini menggunakan lontong sebagai menu utamanya, ditambahkan dengan tahu, bakwan udang dan kol serta dilaburi dengan bumbu pecel.... hmm uenak tenan. Selesai berbuka dan shalat, kami kembali ke Balikota untuk melanjutkan setup venue.
Akhirnya kami kembali ke hotel setelah pukul 23.00. Tapi beberapa dari kami menyempatkan diri makan mie goreng di depan hotel, yang dimasak menggunakan tungku arang dan campuran yang mungkin khas Semarang. Lumayan.
Hari H.
Karena sebagian pekerjaan sudah kami selesai persiapkan, dan juga karena cuaca yang kurang mendukung - gerimis dari pagi, kami sempat santai berfoto-foto dan berjalan-jalan di kota ini. Sebagian hasilnya seperti di bawah ini.
Pic. Balaikota
Gambar ini diambil tepat di alun-alun Balaikota Semarang, saat yang lainnya masih sibuk prepare panggung. Di lokasi inilah, malamnya kami akan mengadakan acara Live Gema Ramadhan.
Pic. Lawang Sewu
Karena persiapan kami sudah selesai dan masih menunggu bagian lain untuk menyelesaikan tugas masing-masing, aku sempat berfoto-foto di Lawang Sewu yang terletak tidak jauh dari Balaikota. Lawang Sewu ini sempat terkenal kembali karena program Dunia Lain yang menantang peserta untuk menghadapi makhluk-makhluk halus yang berada di gedung tua ini. Memang rasanya sangat menyeramkan masuk ke gedung yang tidak terawat ini, padahal hari masih terang loh.
Pic. Kota Lama
Karena waktu masih tersisa lama, kami masih menyempatkan diri pergi ke Kota Lama, di mana banyak gedung-gedung peninggalan jaman Belanda dahulu yang masih terawat dengan baik. Tidak seperti kawasan Kota di Jakarta. Katanya juga syuting Gie dilakukan di sini untuk menangkap kesan Jakarta Tempo doeloe.
Pic. Gema Ramadhan
Walau sempat ditakutkan oleh hujan yang tidak kunjung berhenti, akhirnya acara Live Gema Ramadhan yang diadakan secara open air tetap terlaksana dengan baik dan meriah. Pengunjung tetap datang menyesaki lapangan balaikota walaupun saat menunggu harus terkena gerimis hujan. Untungnya penampilan Opick dan Ustad Jefry Al Buchory membuat mereka tetap setia menunggu.
Pic. Pecel
Selesai acara dan dismantle, kru teknik menyempatkan diri makan beramai-ramai di Pecel Yu Sri di sekitar Simpang Lima. Makan pecel di tengah malam ini menutup hari yang menyenangkan, sebelum akhirnya kami kembali ke hotel.
Hari Terakhir
Akhirnya tanpa sempat membeli banyak oleh-oleh, kami seluruh pendukung acara Gema Ramadhan berangkat pulang menggunakan Maskapai penerbangan Batavia Air. Untungnya pesanan yayang yaitu moci Semarang masih sempat aku beli sebagai oleh-oleh. Nah kali ini, pesawatnya lebih menyenangkan dibanding saat keberangkatan kami hari sebelumnya. Tenang... gak ada pesan sponsor kok.
No comments:
Post a Comment